YOONRA
Hari ini kelulusanku, kelulusan dari Meiji University. Hal ini berarti kepulanganku ke negeri asal, negeri gingseng, Korea Selatan.
MEIJI UNIVERSITY |
"Tidak terasa sebentar lagi kita akan berpisah. Musim semi tahun ini akan sepi tanpa kalian," ujar Tomoko.
Aku tersenyum tipis jika mengingat sebentar lagi akan berpisah dengan mereka. Tomoko, Ryu, dan Yuuri.
"Iya, Yoonra harus pulang ke Seoul, lalu kapan kita berkumpul lagi?" tanya Ryu sambil menggerutu.
"Ya, Yoonra-chan, kapan kau pulang ke Korea?" timpal Yuuri.
Aku menarik napas sejenak, sebenarnya belum terpikir sama sekali aku akan pulang kapan. "Lusa, iya, lusa, besok aku harus bertemu seseorang," jawabku asal.
Terdengar nada kecewa dari ketiganya. Maaf... aku harus cepat-cepat kembali ke Korea.
"Kalau begitu kami akan mengantarmu ke bandara."
Aku mengangguk. Enggan rasanya meninggalkan Jepang, meninggalkan semua kenanganku selama ini, bersama teman-temanku, bersama dengan orang yang kusayang.
✿✿✿
Esok Harinya ...
Yoonra terlihat santai menyusuri jalanan di prefektur Tokyo. Entah ke mana dia akan pergi, yang jelas sudah dari Subuh dia mempersiapkan semua ini.
"Yoonra ah...," seseorang memanggilnya saat ia melewati toko bunga kecil Hanada.
"Ya, Jinki ah, mianhe, kau pasti sudah menunggu lama," ujar Yoonra.
Pria yang dipanggil Jinki itu tersenyum, membetulkan letak jaket yang ia kenakan kemudian tiba-tiba meraih tangan Yoonra. "Cepat, kalau tidak kita akan mengantri panjang...," ujarnya.
Hari ini seperti hari libur biasanya, sejak lima tahun yang lalu pergi ke Kuil Meiji adalah kebiasaan Jinki yang kemudian menular pada Yoonra.
Kuil Meiji
YOONRA
Disampingku, Jinki sedang berdoa. Wajahnya yang polos terlihat semakin memukau saat ia memejamkan matanya. Aku ingin tahu doa apa yang ia ucapkan. Sedangkan aku sendiri, aku berdoa untuk Jinki.
"Tolong jaga Jinki, jaga dia saat aku sudah tidak bisa menjaganya. Buat dia bahagia saat aku sudah tidak bisa membuatnya bahagia, Amin..." gumamku.
"Berdoa untukku ya?" tanya Jinki mengagetkan.
"Eh... tidak..."
Jinki tertawa, membuatku salah tingkah, jadi dengan cepat aku berlalu pergi meninggalkannya.
"Hey... Yoonra ah... chotto (tunggu)..." ujar Jinki, berusaha menyusul. "Hahaha... aku hanya bercanda, aku tidak mendengarnya, tenang saja," lanjutnya saat ia sudah bisa menjajariku.
Sebenarnya dia mendengar juga tidak apa-apa, aku justru berharap dia mendengarnya.
Aku berdoa untukmu dan tentunya untukku juga. Aku berdoa agar kita selalu bersama..." ujar Jinki, membuat mataku seketika basah.
✿✿✿
"Musim semi kali ini sepertinya musim semi terakhirmu di sini," ujar Jinki.
Yoonra yang sedang menyendok ice cream vanilla di hadapannya tiba-tiba menghentikan aktivitasnya. "Iya, aku tahu..." sahutnya lirih.
"Jadi hari ini kita pergi sepuasnya," sahut Jinki, senyuman lebar mengembang di bibirnya.
Yoonra hanya diam, mengamati tiap detil sosok lelaki di hadapannya, sosok kekasihnya.
"Hari ini kita ke Tokyo Sea Life Park dulu, sudah lama kita tidak ke sana."
Yoonra mengangguk dan kembali menyendok ice cream nya, tanpa menyadari jika mimik wajah Jinki kini berubah. Memerhatikan gadis itu lekat, dengan mata sayu dan senyum simpul yang menghiasi wajah pucatnya.
Tokyo Sea Life Park
"Kasai Rinkai Suizokuen," Jinki mengeja tulisan di papan masuk Tokyo Sea Life Park. Matanya menyipit menahan silaunya sinar matahari, sangat lucu.
"Aku ingin memegang lumba-lumba," sahut Yoonra.
Tokyo Sea Life Park atau Kasai Rinkai Suizokuen, tempat ini adalah aquarium raksasa di pusat kota Tokyo. Bagi Jinki dan Yoonra tempat ini bersejarah, karena musim semi beberapa tahun yang lalu Tuhan mempertemukan keduanya di sini.
"Lumba-lumba lagi? Kau ini terlalu cinta dengan hewan itu," tanggap Jinki.
Yoonra menyibakkan rambutnya, memperlihatkan sesuatu yang berkilau di sekitar lehernya. Di sana melingkar sebuah kalung dengan bandul lumba-lumba yang menggantung manis.
"Ah... itu hadiah musim semi dariku tiga tahun yang lalu kan Yoonra ah?" tanya Jinki, sadar akan benda asing yang masih setia menempel di leher kekasihnya.
"Iya... ayo masuk."
Keduanya berjalan berdampingan, melewati semua orang yang heboh melihat pemandangan indah di dalam air. Tujuan Yoonra dan Jinki adalah kolam lumba-lumba.
"Pegang Jinki ah..." Yoonra menarik tangan Jinki untuk menyentuh lumba-lumba putih yang begitu manis, tapi saat Jinki hendak mendekat, lumba-lumba itu pergi.
"Hey... yah..." keluh Jinki, membuat Yoonra tertawa.
Jinki hanya diam, memandang sedikit kecewa lumba-lumba itu dan menarik napas panjang.
"Aku tahu kau tidak suka denganku.." gumam Jinki.
Harajuku Street
"Tak terasa sudah sore ya Jinki ah, aku senang kau menemaniku jalan-jalan," ujar Yoonra.
"Aku mencintaimu," balas Jinki membuat Yoonra sedikit bingung.
"Hahaha... aku juga."
Jinki menghentikan langkahnya di depan sebuah toko dengan kaca yang besar di luarnya. Di kaca itu Jinki berdiri terpaku memerhatikan pantulan dirinya.
Yoonra yang melihat hal itu kontan menyipitkan matanya, "Kenapa?"
"Tidak apa-apa. Terimakasih sudah menemaniku Yoonra ah," jawab Jinki.
Yoonra seakan tidak perduli dengan sikap kekasihnya itu, ia kembali berjalan menikmati pemandangan di sekitar.
"Terakhir kita ke taman Ueno ya, melihat bunga sakura."
"Tidak terakhir Jinki ah, aku masih harus pergi setelah melihat bunga sakura. Ada yang ingin aku kunjungi."
"Baiklah kalau begitu, ayo ke taman Ueno dan kau segera mengunjungi orang itu," lanjut Jinki.
Yoonra mengangguk mantap, sengaja membiarkan Jinki berjalan terlebih dahulu di hadapannya, tiba-tiba dia ingin melihat sosok kekasihnya itu dari belakang.
"Aku mencintaimu Jinki ah, sangat mencintaimu..." gumam Yoonra.
Ueno Park
Berjalan bersama di tengah bunga sakura yang satu per satu jatuh ke tanah adalah suatu hal yang diimpikan oleh setiap pasangan di dunia. Dan saat ini diapit lengan Jinki, Kim Yoon Ra berjalan berdampingan dengan kekasihnya.
"Senang?" tanya Jinki.
Senyum Yoonra mengembang, "Pastinya!"
Keduanya berjalan menyusuri tepi kolam Shinobazu yang dinaungi oleh pohon sakura yang sedang bermekaran. Melakukan apa saja, mengenang segala hal yang mereka lakukan bersama selama lima tahun belakangan.
"Aku ingin kau hidup bahagia selamanya," ujar Jinki tiba-tiba.
Yoonra menegakkan tubuhnya agar ia dapat memandang mata kekasihnya.
"Kita, bukan aku," ralat Yoonra.
Jinki tersenyum, mata bulatnya memandang Yoonra lekat, meneduhkan dan penuh kasih sayang.
"Jangan sela aku ya," pinta Jinki, kemudian ia melanjutkan kalimatnya, "Aku minta maaf karena aku tidak bisa menjagamu selamanya. Maaf karena aku mungkin telah membuatmu terluka. Maaf jika aku akhirnya harus pergi meninggalkanmu. Aku mencintaimu, cinta seperti bunga yang selalu mekar. Aku ingin kau terus menjaga bunga itu," ujar Jinki.
YOONRA
Air mataku menetes tanpa harus kuperintah, kata-kata Jinki itu sama persis seperti apa yang pernah ia ucapkan tiga tahun yang lalu.
"Iya...aku akan menjagamu," balasku menahan isak tangis. Perlahan sosok Jinki di hadapanku memudar, ya, menghilang. Sosoknya, rupanya, senyumnya, suaranya, semuanya hilang, dia pergi untuk selama-lamanya.
Jinki ah, tiga tahun kepergianmu membuatku tahu jika kau adalah segalanya untukku. Aku ucapkan beribu terimakasih atas perhatianmu padaku. Meski sangat singkat tapi semua itu membuatku senang, membuatku merasa suatu kesempurnaan yang tidak akan pernah aku dapat dari siapa pun.
Tempat Pemakaman
Yoonra berdiri di samping makam putih yang nampak rapi terawat. Di batu nisannya tertulis nama Lee Jin Ki, kekasihnya.
Ya, Jinki telah tiada tiga tahun yang lalu. Setelah memberikan kalung lumba-lumba kepada Yoonra, kecelakaan menimpanya, merengut nyawa orang yang paling Yoonra sayangi. Pergi selamanya.
"Terima kasih, besok aku akan jarang datang ke makammu," ujar Yoonra getir. "Tapi, aku berjanji akan selalu hadir untukmu," tambah Yoonra. Ia menyeka matanya, berusaha terlihat tegar di hadapan bongkahan batu yang merupakan peristirahatan terakhir kekasihnya.
"Aku pergi ya..."
Gadis itu sesekali memegangi liontin lumba-lumba di kalungnya. Benda itu benar-benar kenangan indah yang diberikan oleh Jinki.
Masih teringat jelas potongan kejadian saat itu, musim semi tiga tahun yang lalu, Jinki yang terbaring lemah berlumuran darah. Mengenaskan. Saat itu bahkan hidup saja adalah sesuatu yang enggan dilakukan Yoonra.
"Semoga kau bahagia di sana, aku mencintaimu..." itu kata-kata terakhir Yoonra.
Gadis itu sudah ikhlas, kepergian Jinki baginya sama dengan saat sosok itu datang ke dalam hidupnya. Cintanya bagai bunga mekar di musim semi kemudian layu di musim panas. Ironis tapi indah.
"Terima kasih Lee Jin Ki..."
✿✿✿END✿✿✿
#copy and paste from Book "Best Fanfiction Korea"
Esok Harinya ...
Yoonra terlihat santai menyusuri jalanan di prefektur Tokyo. Entah ke mana dia akan pergi, yang jelas sudah dari Subuh dia mempersiapkan semua ini.
"Yoonra ah...," seseorang memanggilnya saat ia melewati toko bunga kecil Hanada.
"Ya, Jinki ah, mianhe, kau pasti sudah menunggu lama," ujar Yoonra.
Pria yang dipanggil Jinki itu tersenyum, membetulkan letak jaket yang ia kenakan kemudian tiba-tiba meraih tangan Yoonra. "Cepat, kalau tidak kita akan mengantri panjang...," ujarnya.
Hari ini seperti hari libur biasanya, sejak lima tahun yang lalu pergi ke Kuil Meiji adalah kebiasaan Jinki yang kemudian menular pada Yoonra.
Kuil Meiji
YOONRA
Disampingku, Jinki sedang berdoa. Wajahnya yang polos terlihat semakin memukau saat ia memejamkan matanya. Aku ingin tahu doa apa yang ia ucapkan. Sedangkan aku sendiri, aku berdoa untuk Jinki.
KUIL MEIJI |
"Tolong jaga Jinki, jaga dia saat aku sudah tidak bisa menjaganya. Buat dia bahagia saat aku sudah tidak bisa membuatnya bahagia, Amin..." gumamku.
"Berdoa untukku ya?" tanya Jinki mengagetkan.
"Eh... tidak..."
Jinki tertawa, membuatku salah tingkah, jadi dengan cepat aku berlalu pergi meninggalkannya.
"Hey... Yoonra ah... chotto (tunggu)..." ujar Jinki, berusaha menyusul. "Hahaha... aku hanya bercanda, aku tidak mendengarnya, tenang saja," lanjutnya saat ia sudah bisa menjajariku.
Sebenarnya dia mendengar juga tidak apa-apa, aku justru berharap dia mendengarnya.
Aku berdoa untukmu dan tentunya untukku juga. Aku berdoa agar kita selalu bersama..." ujar Jinki, membuat mataku seketika basah.
✿✿✿
"Musim semi kali ini sepertinya musim semi terakhirmu di sini," ujar Jinki.
Yoonra yang sedang menyendok ice cream vanilla di hadapannya tiba-tiba menghentikan aktivitasnya. "Iya, aku tahu..." sahutnya lirih.
"Jadi hari ini kita pergi sepuasnya," sahut Jinki, senyuman lebar mengembang di bibirnya.
Yoonra hanya diam, mengamati tiap detil sosok lelaki di hadapannya, sosok kekasihnya.
"Hari ini kita ke Tokyo Sea Life Park dulu, sudah lama kita tidak ke sana."
Yoonra mengangguk dan kembali menyendok ice cream nya, tanpa menyadari jika mimik wajah Jinki kini berubah. Memerhatikan gadis itu lekat, dengan mata sayu dan senyum simpul yang menghiasi wajah pucatnya.
Tokyo Sea Life Park
"Kasai Rinkai Suizokuen," Jinki mengeja tulisan di papan masuk Tokyo Sea Life Park. Matanya menyipit menahan silaunya sinar matahari, sangat lucu.
TOKYO SEA LIFE PARK |
"Aku ingin memegang lumba-lumba," sahut Yoonra.
Tokyo Sea Life Park atau Kasai Rinkai Suizokuen, tempat ini adalah aquarium raksasa di pusat kota Tokyo. Bagi Jinki dan Yoonra tempat ini bersejarah, karena musim semi beberapa tahun yang lalu Tuhan mempertemukan keduanya di sini.
"Lumba-lumba lagi? Kau ini terlalu cinta dengan hewan itu," tanggap Jinki.
Yoonra menyibakkan rambutnya, memperlihatkan sesuatu yang berkilau di sekitar lehernya. Di sana melingkar sebuah kalung dengan bandul lumba-lumba yang menggantung manis.
"Ah... itu hadiah musim semi dariku tiga tahun yang lalu kan Yoonra ah?" tanya Jinki, sadar akan benda asing yang masih setia menempel di leher kekasihnya.
"Iya... ayo masuk."
Keduanya berjalan berdampingan, melewati semua orang yang heboh melihat pemandangan indah di dalam air. Tujuan Yoonra dan Jinki adalah kolam lumba-lumba.
"Pegang Jinki ah..." Yoonra menarik tangan Jinki untuk menyentuh lumba-lumba putih yang begitu manis, tapi saat Jinki hendak mendekat, lumba-lumba itu pergi.
"Hey... yah..." keluh Jinki, membuat Yoonra tertawa.
Jinki hanya diam, memandang sedikit kecewa lumba-lumba itu dan menarik napas panjang.
"Aku tahu kau tidak suka denganku.." gumam Jinki.
Harajuku Street
"Tak terasa sudah sore ya Jinki ah, aku senang kau menemaniku jalan-jalan," ujar Yoonra.
"Aku mencintaimu," balas Jinki membuat Yoonra sedikit bingung.
"Hahaha... aku juga."
HARAJUKU STREET |
Jinki menghentikan langkahnya di depan sebuah toko dengan kaca yang besar di luarnya. Di kaca itu Jinki berdiri terpaku memerhatikan pantulan dirinya.
Yoonra yang melihat hal itu kontan menyipitkan matanya, "Kenapa?"
"Tidak apa-apa. Terimakasih sudah menemaniku Yoonra ah," jawab Jinki.
Yoonra seakan tidak perduli dengan sikap kekasihnya itu, ia kembali berjalan menikmati pemandangan di sekitar.
"Terakhir kita ke taman Ueno ya, melihat bunga sakura."
"Tidak terakhir Jinki ah, aku masih harus pergi setelah melihat bunga sakura. Ada yang ingin aku kunjungi."
"Baiklah kalau begitu, ayo ke taman Ueno dan kau segera mengunjungi orang itu," lanjut Jinki.
Yoonra mengangguk mantap, sengaja membiarkan Jinki berjalan terlebih dahulu di hadapannya, tiba-tiba dia ingin melihat sosok kekasihnya itu dari belakang.
"Aku mencintaimu Jinki ah, sangat mencintaimu..." gumam Yoonra.
Ueno Park
Berjalan bersama di tengah bunga sakura yang satu per satu jatuh ke tanah adalah suatu hal yang diimpikan oleh setiap pasangan di dunia. Dan saat ini diapit lengan Jinki, Kim Yoon Ra berjalan berdampingan dengan kekasihnya.
UENO PARK TOKYO |
"Senang?" tanya Jinki.
Senyum Yoonra mengembang, "Pastinya!"
Keduanya berjalan menyusuri tepi kolam Shinobazu yang dinaungi oleh pohon sakura yang sedang bermekaran. Melakukan apa saja, mengenang segala hal yang mereka lakukan bersama selama lima tahun belakangan.
"Aku ingin kau hidup bahagia selamanya," ujar Jinki tiba-tiba.
Yoonra menegakkan tubuhnya agar ia dapat memandang mata kekasihnya.
"Kita, bukan aku," ralat Yoonra.
Jinki tersenyum, mata bulatnya memandang Yoonra lekat, meneduhkan dan penuh kasih sayang.
"Jangan sela aku ya," pinta Jinki, kemudian ia melanjutkan kalimatnya, "Aku minta maaf karena aku tidak bisa menjagamu selamanya. Maaf karena aku mungkin telah membuatmu terluka. Maaf jika aku akhirnya harus pergi meninggalkanmu. Aku mencintaimu, cinta seperti bunga yang selalu mekar. Aku ingin kau terus menjaga bunga itu," ujar Jinki.
YOONRA
Air mataku menetes tanpa harus kuperintah, kata-kata Jinki itu sama persis seperti apa yang pernah ia ucapkan tiga tahun yang lalu.
"Iya...aku akan menjagamu," balasku menahan isak tangis. Perlahan sosok Jinki di hadapanku memudar, ya, menghilang. Sosoknya, rupanya, senyumnya, suaranya, semuanya hilang, dia pergi untuk selama-lamanya.
Jinki ah, tiga tahun kepergianmu membuatku tahu jika kau adalah segalanya untukku. Aku ucapkan beribu terimakasih atas perhatianmu padaku. Meski sangat singkat tapi semua itu membuatku senang, membuatku merasa suatu kesempurnaan yang tidak akan pernah aku dapat dari siapa pun.
Tempat Pemakaman
Yoonra berdiri di samping makam putih yang nampak rapi terawat. Di batu nisannya tertulis nama Lee Jin Ki, kekasihnya.
Ya, Jinki telah tiada tiga tahun yang lalu. Setelah memberikan kalung lumba-lumba kepada Yoonra, kecelakaan menimpanya, merengut nyawa orang yang paling Yoonra sayangi. Pergi selamanya.
"Terima kasih, besok aku akan jarang datang ke makammu," ujar Yoonra getir. "Tapi, aku berjanji akan selalu hadir untukmu," tambah Yoonra. Ia menyeka matanya, berusaha terlihat tegar di hadapan bongkahan batu yang merupakan peristirahatan terakhir kekasihnya.
"Aku pergi ya..."
Gadis itu sesekali memegangi liontin lumba-lumba di kalungnya. Benda itu benar-benar kenangan indah yang diberikan oleh Jinki.
Masih teringat jelas potongan kejadian saat itu, musim semi tiga tahun yang lalu, Jinki yang terbaring lemah berlumuran darah. Mengenaskan. Saat itu bahkan hidup saja adalah sesuatu yang enggan dilakukan Yoonra.
"Semoga kau bahagia di sana, aku mencintaimu..." itu kata-kata terakhir Yoonra.
Gadis itu sudah ikhlas, kepergian Jinki baginya sama dengan saat sosok itu datang ke dalam hidupnya. Cintanya bagai bunga mekar di musim semi kemudian layu di musim panas. Ironis tapi indah.
"Terima kasih Lee Jin Ki..."
✿✿✿END✿✿✿
#copy and paste from Book "Best Fanfiction Korea"
0 komentar:
Posting Komentar